Jumat, 02 Maret 2012

Analisis Mikrobiologi Susu


LAPORAN ANALISIS MIKROBIOLOGI





Oleh :
Kelompok 1&2 Alfa

Aidil Fajri
Ayu Annisa
Fitria Nila Rahmi
Jeni Novita sari
Kerlas XII. 3

Pembimbing
Dra. Nilma. MP
Barwita Yuniana

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH ANALIS KIMIA (SMAK)
PADANG
2010/2011


KATA PENGANTAR
            Alangkah baik bila laporan ini dimulai dengan ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan hidayahnya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Shalawat salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah berjasa menghantarkan umat muslim menuju akhlak yang mulia. Shalawat dan salam semoga pula dilimpahkan kepada keluarga,, guru-guru, para sahabat  dan pengikutnya yang setia hingga akhir hayat.      
            Laporan yang berjudul” Analisis Mikrobiologi Susu” kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas kami di mata pelajaran Analisis Mikrobiologi pada Sekolah Menengah Analis Kimia Padang dan semoga dapat bermanfaat untuk yang membaca makalah ini.
            Dalam menyusun laporan ini,kami mengalami banyak kendala. Hal ini sebabkan oleh keterbatasan pada diri kami. Namun berkat hidayah-Nya dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Pada kesempatan ini penilis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Guru-guru, Asisten, dan Analis analisis Mikrobiologi yang telah memberi motifasi dan    pendidikan berharga bagi kami
2.      Rekan kerja yang sama-sama berusaha membantu dalam kelancaran membuat laporan Analisis Mikrobiologi ini.
3.      Kakak-kakak dan adik-adik yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
Kami sadar bahwa laporan ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu,kami memohon maaf atas kekurangan tersebut. Kami juga senantiasa membuka tangan untuk menerima kritik dan saran yang membangun agar kelak kami bisa berkarya lebih baik lagi.
Harapan kami,semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Padang, 10 November 2010

Penulis








A.                PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia.
Menurut Dwidjoseputro (1982), susu segar adalah susu murni, tidak mengalami pemanasan, dan tidak ada penambahan bahan pengawet. Susu sapi segar mengandung air (87,25%), laktosa (4,8%), lemak (3,8%), kasein (2,8%), albumin (0,7%), dan garam-garaman (0,65%). Selain itu perlu kita tahu bahwa susu juga mengandung vitamin, sitrat, dan enzim. Sindurejo (1975) menyebutkan bahwa susu sapi yang baik memiliki warna putih kekuningan dan tidak tembus cahaya. Menurut Hadiwiyoto (1982), warna susu dipengaruhi oleh jenis sapi, jenis pakan, jumlah lemak susu, dan persentase zat padat di dalamnya. Pemeriksaan fisik ditekankan pada BJ dan angka refraksi pada susu. Pengujian secara kimia ditekankan untuk pengujian lemak dan bahan padat bukan lemak. Sedangkan pengujian secara biologi harus difokuskan untuk penghitungan jumlah bakteri susu dan karakterisasi aktifitas biokimianya.
Salle (1961) menyebutkan bahwa susu dari sapi sehat steril pada saat dibentuk, tetapi terkontaminasi oleh bakteri yang masuk melalui saluran puting karena tertarik oleh sisa susu yang masih ada. Efeknya susu yang baru diperah tidak pernah steril, selain itu susu juga mengalami kontaminasi dari partikel debu, alat yang tidak steril, dan dari orang yang melakukan pemerahan. Jumlah standar bakteri susu di Indonesia adalah 3.000.000 / ml (Dwidjoseputro, 1982). Menurut Buckle (1987), bakteri pada susu dapat menurunkan kualitas dan merusak sifat fisik atau kimianya, misalnya pengasaman dan penggumpalan akibat fermentasi laktosa menjadi asam laktat, pengentalan dan pembentukan lendir, dan sebagainya. Menurut Adnan (1984), Bacillus cereus dapat menghasilkan enzim untuk mencerna lapisan fosfolipid di sekitar butir-butir lemak, hal ini dapat menyebabkan ketengikan. Menurut Widodo (2003), jenis bakteri yang lain dapat mendegradasi protein sehingga menyebabkan kebusukan.
Bakteri yang dapat mencemari susu terbagi menjadi dua golongan, yaitu bakteri patogen (pathogenic bacteria) dan bakteri pembusuk (spoilage bacteria). Kedua macam bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit yang ditimbulkan oleh susu (milkborne diseases) seperti tuberkulosis, bruselosis, dan demam tipoid (typhoid fever). Pembusukan susu oleh bakteri dapat menyebabkan degradasi protein, karbohidrat, dan lemak yang terkandung dalam susu.
Bakteri yang paling banyak terdapat pada susu tergolong ke dalam Lactobacillaceae dan Streptococaceae. Disamping itu Escherichia coli sering dijumpai tetapi organisme ini tidak dikehendaki dan berapa jauh kehadirannya adalah bersangkutan langsung dengan kondisi kebersihan produk susu (VOLK dan WHEELER, 1990). STANDAR NASIONAL INDONESIA (2000) mensyaratkan tidak adanya bakteri E. Coli dalam susu segar maupun susu olahan.
Bakteri yang terlibat dalam proses pembusukan pada susu adalah bakteri-bakteri psikotropik. Bakteri yang dapat membuat enzim proteolitik dan lipolitik ekstraseluler (Pseudomonas fragi dan Pseudomonas fluorescens) juga dapat menyebabkan kebusukan pada susu. Bakteri psikotropik dapat dimusnahkan dengan pemanasan pada proses pasteurisasi, namun Pseudomonas fragi dan Pseudomonas fluorescens tetap stabil pada suhu panas. Bakteri lain yang dapat hidup setelah proses pasteurisasi adalah Clostridium, Bacillus, Cornebacterium, Arthrobacter, Lactobacillus, Microbacterium, dan Micrococcus. Bacillus mampu menggumpalkan susu dengan mencerna lapisan tipis fosfolipid di sekitar butir-butir lemak melalui enzim yang dihasilkannya.
Pasteurisasi adalah bukan sterilisasi hanya semacam perlakuan dengan pemanasan yang bertujuan untuk membunuh bakteri tertentu dalam air susu, pasteurisasi hanya membunuh mikroorganisme tertentu dan tidak semua mikroorganisme mati. Sasaran utama dari proses pasteurisasi ini adalah mycobacterium TBC dan mikroorganisme lain yang patogen dalam air susu. Temperatur yang di gunakan 63o C selama 30 menit dan 72o C selama 15 menit.
Bakteri yang memfermentasikan laktosa (EMB) secara giat (vigourusly fermented) akan membentuk warna ungu kehitaman. Beberapa spesies sampai dapat menghasilkan koloni methalik sheen karena banyaknya asam yang mengendap contohnya e. Coli. Bakteri yang memfermentasikan laktosa secara lambat (slowly fermented) akan menghasilkan koloni berwarna pink. Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa tidak membentuk warna (colourless). Media selektif sekaligus media differensial. Membedakan nonfermentasi laktosa (transparan) dan fermentasi laktosa (methalic sheen).
Kualitas susu akan menurun jika terdapat bakteri pembusuk di dalamnya. Pembusukan (spoilage) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan kualitas dari warna, tekstur, aroma, dan rasa makanan hingga pada titik di mana makanan tersebut tidak cocok dan tidak menimbulkan selera manusia.
Susu pasteurisasi merupakan susu yang diberi perlakuan panas sekitar 63-72 derjat Celcius selama 15 detik yang bertujuan untuk membunuh bakteri patogen. Susu pasteurisasi harus disimpan pada suhu rendah (5-6 derjat Celcius) dan memiliki umur simpan hanya sekitar 14 hari. Susu UHT (ultra high temperature) merupakan susu yang diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat (135-145 derajat Celcius) selama 2-5 detik (Amanatidis, 2002). Pemanasan dengan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisme (baik pembusuk maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak berubah seperti, susu segarnya.

B.     TUJUAN
Ø  Untuk mengetahui prinsip dan prosedur kerja analisis mikrobiologi susu sapi murni
Ø  Menentukan ada tidaknya bakteri kholiform dalam sampel susu sapi murni.
Ø  Menentukan mutu dari susu berdasarkan waktu reduksi (MBRT)
Ø  Menghitung jumlah koloni bakteri per ml sampel
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang digunakan untuk mikroorganisme adalah mikrometer (µ m); 1 µ m = 0.001 milimeter; 1 nanometer (nm) = 0.001 µ m.
Mikroorganisme dapat ditemukan dimana mana dan sangat berperan dalam semua kehidupan di muka bumi. Kaitannya dengan makanan, mereka dapat menyebabkan atau mencegah pembusukan, atau bahkan menyebabkan kita sakit. Mikroorganisme dapat dibagi menjadi beberapa kelas, diantaranya adalah bakteri, fungi dan virus.
Susu, ketika di sekresi di dalam ambing ternak berada dalam keadaan yang steril. Namun ketika dalam perjalanan dari ambing menuju puting, bahkan sebelum susu keluar dari puting, susu sudah terkontaminasi oleh sedikit bakteri yang tinggal di dalam puting (apalagi jika puting tersebut kurang diperhatikan kebersihannya). Walaupun demikian kontaminasi pada tahap ini boleh dibilang sangat sedikit dan masih terbilang aman, terkecuali apabila sapi menderita penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti Mastitis.Oleh sebab itu,mikroorganisme dan kontaminasinya memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembuatan dan pengolahan susu. 

Pertumbuhan Mikroorganisme
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan daya hidup dan pertumbuhan dari mikroorganisme pada sebuah bahan makanan (faktor intrinsik), diantaranya adalah:
1. kandungan nutrisi
2. kandungan air
3. derajat keasaman (pH)
4. kandungan oksigen
5. struktur biologi
6. kandungan antimikrobial
Sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh terutama yang berkaitan dengan lingkungan tempat bahan makanan tersebut disimpan, yaitu suhu, kelembaban relatif, dan kandungan gas yang ada disekitar bahan makanan.
Dalam sebuah kelompok, mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran temperatur yang cukup luas. Namun jumlah dan jenisnya sangat berkaitan dengan suhu lingkungan dimana dia berada. Secara umum, menurut suhu, mikroorganisme dapat dibedakan menjadi 4 jenis utama:
·         Mikroorganisme Psycrophillic, tumbuh optimum pada suhu antara 20 to 30°C. Masih dapat tumbuh pada suhu dibawah 7°C. Dibagi dua kelompok lagi, Obligate Psychrophillic (0 - 15° C) dan Facultative Psychrophillic (0 - 40° C). Pada umumnya organisme inilah yang bertanggung jawab terhadap pembusukan dalam suhu ruang pendingin.
·         Mikroorganisme Mesophillic, tumbuh optimum pada suhu 30 to 40°C. Mikroorganisme mesofilik cenderung tidak tumbuh pada suhu dalam ruang pendingin (refrigerator).
·         Mikroorganisme Thermophillic, tumbuh optimum pada suhu 55 and 65° C.
·         Mikroorganisme Hyperthermophillic, yang hidup dengan baik pada suhu sangat tinggi (sampai 110 ° C, bahkan dalam percobaan, ada yang tahan pada suhu 130° C selama 2 jam).
Untuk setiap kelompok, tingkat pertumbuhan meningkat pesat sampai mencapai temperatur optimum, setelah itu pertumbuhan kembali menurun.
Mikroorganisme dalam Susu
Seperti telah disinggung diatas, susu berada dalam kondisi steril ketika di sekresi di dalam ambing, namun dalam perjalanan menuju puting, susu dapat terkontaminasi berbagai macam mikroorganisme. Apa saja mikroorganisme tersebut ?
Bakteri Asam Laktat (BAL), tidak berlebihan kiranya bila bakteri dalam genus ini disebut sebagai salah satu bakteri terpenting (yang sudah diketahui tentunya) dalam kehidupan manusia. Lactic acid bacteria termasuk bakteri gram positif fakultatif dan secara umum tidak berbahaya, bahkan dibutuhkan oleh manusia dan hewan. BAL banyak ditemukan di sekeliling kita, sebagai contoh, BAL banyak ditemukan di sekitar vagina dan di dalam usus halus. BAL sangat berperan dalam membantu proses pencernaan kita. Kalau anda ingat minuman kesehatan Yakult, BAL inilah yang juga berperan dalam aspek kesehatan dari minuman tersebut selain kandungan mineral dan nutrisi lainnya. BAL mampu memproses karbohidrat dalam susu yang disebut laktosa menjadi asam laktat. Mereka secara natural ada didalam susu (murni) dan secara luas digunakan sebagai kultur starter dalam produksi berbagai macam produk olahan fermentasi susu.
Bakteri Coliform, coliform adalah mikroorganisme yang berbentuk batang (rod) dan memiliki gram negatif. Coliform memiliki sifat fakultative anaerob. Artinya bakteri ini normalnya dalam pernafasan aerobik memproduksi ATP (Adenosine Triphosphate, sebuah monomer yang berfungsi sebagai media transportasi energi kimia antar sel dalam makhluk hidup) apabila dalam lingkungannya tersedia oksigen. Apabila oksigen tidak tersedia, organisme ini dapat berubah menjadi pemproduksi asam laktat dan alkohol atau yang dikenal dengan nama fermentasi.Coliform aktif tumbuh pada suhu sekitar 37° C. Organisme ini dapat menyebabkan pembusukan yang cepat pada susu karena mampu melakukan fermentasi pada laktosa pada suhu sekitar 35° C dan sekaligus juga memproduksi asam dan gas. Selain itu mereka juga mampu mendegradasi protein pada susu.Coliform adalah organisme indikator. Artinya, kehadiran organisme ini sering diasosiasikan dengan organisme patogen, tapi tidak berarti bahwa coliform ini dengan sendirinya adalah patogen. Kehadiran coliform merupakan indikator yang baik bahwa sesuatu itu telah terkena kontaminasi Coliform dapat dimatikan dengan proses yang disebut HTST (High Temperature, Short Time) pada 72°C selama 16 detik.Escherichia coli (E-coli) merupakan salah satu anggota dari kelompok coliform dan dapat melakukan fermentasi gula susu (laktosa) pada suhu 44°C.
Mikroorganisme Perusak pada Susu
Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksi produk susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur, warna, bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri maupun enzim yang diproduksinya.
Secara umum pada susu mikroorganisme yang berperan dalam hal ini adalah organisme psikotrof. Meskipun kebanyakan dari kelompok ini dapat dihancurkan pada temperatur pasteurisasi, sayangnya, beberapa jenis seperti Pseudomonas fluorescens dan Pseudomonas fragi dapat memproduksi proteolitik dan lipolitik enzim yang stabil pada suhu tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan.
Beberapa spesies dan keturunan dari Bacillus, Clostridium, Cornebacterium, Arthrobacter, Lactobacillus, Microbacterium, Micrococcus , dan Streptococcus dapat bertahan pada temperatur pasteurisasi dan sekaligus mampu tumbuh pada suhu dalam ruang pendingin yang pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kerusakan dan pembusukan pada bahan makanan terutama susu.
Mikroorganisme Patogen pada Susu
Produksi susu yang higienis seperti penanganan yang cepat dan tepat, penggunaan alat produksi dan alat penyimpanan serta teknik teknik pasteurisasi telah menurunkan ancaman penyebaran penyakit melalui susu seperti tuberkulosis (TBC), brucellosis dan lain sebagainya. Walaupun masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, terbukti sudah ada beberapa kasus penyakit yang berasal dari mengkonsumsi susu segar, atau produk susu sapi yang dibuat dari susu yang tidak di pasteurisasi dengan benar atau kurang baik dalam penanganan sepanjang proses produksinya. Beberapa bakteri patogen dalam susu segar dan produk susu yang masih menjadi perhatian saat ini antara lain:
Bacillus cereus
Listeria monocytogenes
Yersinia enterocolitica
Salmonella spp.
Escherichia coli
Campylobacter jejuni
Perlu diungkapkan juga disini bahwa beberapa jenis jamur, kebanyakan dari spesies Aspergillus, Fusarium, dan Penicillium dapat tumbuh dalam media susu dan produk susu lainnya. Apabila kondisinya memungkinkan, organisme ini dapat memproduksi zat mycotoxin yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa jenis bakteri yang masuk dalam kelas probiotik adalah:
Bifidobacterium bifidum
Bifidobacterium breve
Bifidobacterium infantis
Bifidobacterium longum
Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus casei
Lactobacillus plantarum
Lactobacillus rhamnosus
Lactobacillus GG

Manfaat Susu

Karena memiliki kandungan nutrisi tersebut, maka susu memiliki manfaat yang tidak sedikit, diantaranya:
·         Mencegah osteoporosis dan menjaga tulang tetap kuat. Bagi anak-anak, susu berfungsi untuk pertumbuhan tulang yang membuat anak menjadi bertambah tinggi.
·         Menurunkan tekanan darah.
·         Mencegah kerusakan gigi dan menjaga kesehatan mulut. Susu mampu mengurangi keasaman mulut, merangsang air liur, mengurangi plak dan mencegah gigi berlubang.
·         Menetralisir racun seperti logam atau timah yang mungkin terkandung dalam makanan.
·         Mencegah terjadinya kanker kolon atau kanker usus.
·         Mencegah diabetes tipe 2.
·         Mempercantik kulit, membuatnya lebih bersinar.
·         Membantu agar lebih cepat tidur. Hal ini karena kandungan susu akan merangsang hormon melatonin yang akan membuat tubuh mengantuk.
                                    Metode-metode yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri di dalam susu, antara lain :
1.      Metode Hitung Cawan
Pada metode hitung cawan digunakan media PCA untuk menghambat jumlah mikroba dari dopoxy cholate agar atau VBR (violet red blue) agar untuk menghitung bakteri choli.
Pada metode hitung cawan yang dihitung adalah seluruh koloni mikroba yang terdapat pada biakan. Dalam metode hitung cawan dilakukan pengenceran.
 Contoh-contoh larutan pengencer :
Ø  Aquades steril
Ø  BPW (Buffer Posfat Water)
Ø  Garam fisiologit 0,85% /larutan ringere.
Jika dilakukan uji mikrobiologi susu murni. Bila susu sudah dipenteurisasi dilakukan pengenceran sampai 10-3. Jika susunya belum di penteurisasidilkukan pengenceran sampai 10-4.
2.      Metode Metilen Blue 
Uji metilen blue dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang terdapat dalam susu. Dalam uji ini ditambahkan sejumlah zat warna ke dalam susu, kemudian di amati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan perubahan warna zat tsb. Semakain tinggi jumlah bakteri dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna. Selain merupakan cara yang lebih cepat dibandingkan metode hitung cawan, metode ini juga lebih tinggi, karena bakteri yang terdapat dalam keadaan kelompok dimana dalam hitung cawan di hitung sebagai satu koloni.
Kelemahan Metoda Metilen Blue, antara lain :
·         Cara ini tidak praktis dilakukan terhadap susu yang mengandung bakteri dalam jumlah sedikit
·         Metoda ini tidak dapat membedakan jenis bakteri yang terdapat dalam susu
·         Memerlukan waktu yang lama

3.      Metode MPN
Pada metode MPN terhadap susu biasanya digunakan GBLB untuk uji penduga kholiform, atau IB untuk uji pemecah laktosa. Dalam metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi diman perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu ditumbuhi mikrobasetelah inkubasi pada suhu kamar.
Uji ini dilakukan untuk melihat ada/tidaknya choliform dengan melihat terbentuknya rongga udara pada tabung durham/ampul sebagai bukti adanya fermentasi laktosa oleh choliform sehingga terbentuk gas CO2 di dalam ampul.


III.             PELAKSAAN PERCOBAAN       
A.    Waktu dan Tempat
Waktu
Prktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 4 November 2010 dengan 3 jam praktek sampai pengamatan 2 x 24 jam.
Tempat
Laboratorim 7-8 di Kampus Biru Sekolah Menengah Analis Kimia Padang.

B.     Metode
1.      Metode hitung cawan
Untuk menentukan total mikroba yang terdapat di dalam sampel tiap 1 gram sampel.
2.      Metode uji metilen blue
Untuk menentukan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang terdapat dalam susu, dengan melihat waktu reduksi yang dibutuhkan mikroba untuk kembali merobah 4/5 bagian dari campuran menjadi putih kembali.
3.      Metode MPN
Untuk menentukan ada tidaknya bakteri kholiform di dalam sampel dengan melihat terbentuknya gas/ gelembung udara di dalam tabung durham.

C.    Alat
Alat yang digunakan yaitu :
a.     Alat kaca
Ø  Cawan petri
Ø  Pipet takar 1 mL
Ø  Pipet takar 10 mL
Ø  Gelas piala 250 mL
Ø  Erlenmeyer 250 mL
Ø  Kuvet
Ø  Ampul
Ø  Lampu spritus
Ø  Test tube
b.    Alat non kaca
Ø  Incubator
Ø  Oven
Ø  Autoklaf
Ø  Rak test tube

D.    Bahan
Bahan yang digunakan, yaitu :
ü  Larutan metilen blue 1%
ü  Media PCA
ü  Larutan pengencer BPW
ü  Media BGLB
ü  Susu sapi murni

E.     Prosedur kerja
a.       Hitung cawan
·           Dipipet 1 ml sampel kedalam 9 mL larutan pengencer steril dan lakuakn pengenceran sampai 10-3.
·           Dipipet 1 mL pengenceran 10-2 atau 10-3 kedalam cawan petri
·           Tuangkan media PCA kira-kira 9 mL
·           Homogenkan dengan cara melingkar dan bungkus
·           Inkubasi selama 1 x 24 jam
·           Amati dan hitung jumlah koloni.

b.      Uji metilen blue
·           Tambahkan zat warna metilen blue sebanyak 1 mL ke dalam 9 mL susu murni
·           Pengamatan harus dilakukan terus-menerus kurang dari 8 jam.

c.       MPN
·           Masukkan ampul ke tabung reaksi
·           Tambahkan BGLB sebanyak 9 mL
·           Sterilkan
·           Setelah steril pipet sampel sebanyak 10 mL, 1mL, dan 0,1 mL masing-masing 3 tabung reaksi
·           Inkubasi dan amati
·           amati sampai 2 x 24 jam

F.     Pengamatan 
a.       Hitung Cawan







                                                10-2                                                      10-3
Konsentrasi
10-2
10-3
Cawan 1
19
15
Cawan 2
25
20
Rata-rata
22
17,5
Jumlah koloni/mL
2200
17500

b.      Uji Metilen Blue

Dalam waktu 8 jam warna campuran tidak berubah menjadi putih, artinya mutu/ kualitas sampel sangat baik.
Kelas 1 “sangat baik” yang berarti jumlah mikroba di dalam susu sedikit.




                                   
c.       MPN








                        10 mL                                      1 mL                            0,1 mL
                        Jumlah perkiraan koloni
                        3          3          3          =          > 24 koloni
G.   Hasil dan Perhitungan
     Tabel
Kelompok
MPN
Hasil Uji Reduksi
Kualitas
ALT
Keterangan
1-2 B
0,11
>8 jam
Sangat baik
4,5 x 103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
1-2 A
>24
>8 jam
Sangat baik
2,2 x 103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
3-4 B
0,93
>8 jam
Sangat baik
2,0 x 103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
3-4 A
>24
>8 jam
Sangat baik
4,0 x 103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
5-6 B
4,6
>8 jam
Sangat baik
8,0 x 103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
5-6 A
0,28
>8 jam
Sangat baik
5,0 x 103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
7-8 B
0,20
>8 jam
Sangat baik
8,25x103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
7-8 A
0,15
>8 jam
Sangat baik
1,19x103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
9-19 B
>24
>8 jam
Sangat baik
1,3x103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
9-10 A
0,20
>8 jam
Sangat baik
9,0x103
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
11 B
>24
>8 jam
Sangat baik
TBUD
Tidak terjadi perubahan warna setelah 8 jam
Perhitungan
Jumlah koloni
10-2
10-3
19
15
25
20

10-2
Rata-rata = 19 + 25 = 44 : 2 = 22 koloni
Jumlah koloni per mL sampel
ALT =
         =
         = 2200 koloni/mL
10-3
Rata-rata = 15+20 = 35 : 2 = 17,5 koloni
Jumlah koloni per mL sampel
ALT = 
         =
          = 17500 koloni/mL
Rata-rata =       jika rata-rata besar dari dua maka diambil pengenceran terkecil (10-2)
Jadi, jumlah koloni per mL sampel adalah 2200 koloni/ml atau 2,2 x 103 koloni/mL.
MPN
Berdasarkan table
10 mL
1 mL
0,1 ml
3
3
3
Jadi perkiraan jumlah koloni = >24 koloni/mL
H.   Pembahasan
Berdasarkan teori jumlah mikroba pada metode MPN dan ALT berbanding terbalik. Jumlah mikroba pada ALT harus lebih banyak dari jumlah mikroba pada MPN.
Tapi dalam praktikum tidak demikian seperti pada kelompok 9-10 B pada MPN = >24 dan pada ALT justru lebih sedikit yaitu 1,3 x 103 berbeda dengan seharusnya, berarti ada kesalahan dalam praktikum, misalnya :
§   Salah dalam pemipetan sampel
§   Pipet sudah terkontaminasi oleh mikroba
§   Bekerja pada MPN tidak aseptic
§   Dll
Jadi dalam hal ini kami akan mencoba untuk memperbaiki kesalahan.

III.             KESIMPULAN
*           Pada uji metilen blue di dapat kualitas susu kelas 1, artinya mutu susu sangat baik, dimana tidak berubah warnanya selam 8 jam.
*           Pada uji coliform, sampel susu segar positif mengandung bakteri coliform sebesar >24 koloni.
*           Pada metode ALT di dapat jumlah mikroba tiap mL sampel susu murni adalah 1,3 x 103 koloni/mL.




DAFTAR PUSTAKA


*        URL: http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/131-mengenal-susu-dan-manfaat.html
*        Kategori: Susu
*        Modul Analisi Mikrobiologi, SMAK Padang





Tidak ada komentar:

Posting Komentar